PENGUMUMAN "NOMINATED CANDIDATE" DAN MEDICAL CHECK UP CCIP 2017-2018

Pengumuman Nominated Candidite
Dokumen Pribadi

Assalamu'alaikum Wr., Wb.,

Alhamdulillah masih diberikan kesempata oleh yang di atas untuk menulis blog ini, setelah sekian lama mandeg (berhenti) karena banyak kegiatan kampus. Sungguh nikmat Tuhan mana lagi yang hamba dustakan? Setelah Dia memberikan kenikmatan ini semua, bagaimana tidak guys? Baru setengah bulan tinggal di US, udah nyicipin banyak nikmat yang hampir semua gratis, dari main Ice Skating pertama kali sampai keliling California (padahal baru ke Sequoia dan San Diego, ha ha). Boleh dibilang tidak ada waktu yang sia-sia di sini, karena hampir semua waktu dimanfaatkan untuk "Work hard and Party hard". Jangan macem-macem mikirnya ya, karena Party yang dimaksud bukan goyang-goyang ala Inul di Club melainkan pergi ke suatu tempat dan tinggalkan rutinitas kuliah.

Alahamdulillah tepat tanggal 16 Februari 2017 gua nerima email dari AMINEF yang berisikan bahwa gue menjadi nominasi CCIP Grantee 2017-2018? What? Apa? Kalo boleh jujur, gua udah merasakan atmosfer ini sejak interview, #cieee entah ga tau kenapa gua merasa lega dan seneng dengan hasil interview dan ditambah lagi sebelumnya gua nerima email untuk melengkapi berkas yang mana dari sekitar 50an hanya sebagiannya aja yg nerima email tersebut. Isinya di bawah ini

Pengumuman Kelengkapan Berkas
Dokumen Pribadi
"Bismillah" dalam hati gua berbicara, semoga ini kabar baik dan iya Alhamdulillah kabar itu berlanjut sampai gua nerima email Nominated Candidate yang gua posting sebagai foto background. "Kok Nominated sih, emang belum fix keterima ya?" Iya, emang belum diterima fix tapi setidaknya ini sudah 60% menuju ke US. "Lho masih ada tahapan lagi?" Iya, tahapan Tes Kesehatan dan jujur berjuang berat di tahapan ini. Kenapa?

Jadi ketika nerima email Nominated pada tanggal 16 Februari 2017, gua juga nerima email intruksi Tes Kesehatan yang lumayan ribet, itulah yang menjadi alasan kenapa kita dikasih waktu satu bulan untuk mengurusi tes ini. Tes Kesehatan di antaranya: 
  • Tes Kesehatan Fisik/Medical Check Up
  • Vaksin (MMR, DPT, Polio)
  • Tes Mantoux
Pertama, Tes Kesehatan, bagian ini cukup simpel sih karena kita cuman dicek bagian fisik doang, lihat contoh gambar di bawah ini:
Hasil Medical Check Up Penulis
Dokumen Pribadi
Kenapa itu mata gua? Abnormal? Ternyata gua hampir mau minus walaupun belum pake kaca mata sih. Si Dokter bilang kalau mau kembali ke normal beli obatnya di dokter. Uang lagi, uang lagi. Oh ya, temen-temen jangan khawatir jikalau ada kekurangan dengan fisik kita, mereka cuman memastikan kita tidak ada penyakit serius yang akan menganggu pendidikan kita nanti. Oh ya, karena gua tinggal di Semarang, gua ambil Medical Check Up ini di RS Elizabeth Semarang dengan biaya Rp. 150.000 (sekitar, maaf udah lupa). Tes ini harus dilakukan di Rumah Sakit, bukan Klinik. 

Kedua, Vaksin. Ini yang bikin kepala agak pening guys, karena kita wajib vaksin atau imunisasi lagi. Untuk apa sih? Katanya sih itu virus sebagai penangkis penyakit atau bahasa enaknya untuk kekebalan tubuh. Ada 3 jenis vaksin yang perlu dilakukan yaitu, Vaksin Polio (mencegah virus Polio penyerang tenggorokan), Vaksin DPT (mencegah virus Difteri, Pertusis dan Tetanus yang katanya virus ini bisa menyebabkan kematian) dan Vaksin MMR (melawan virus Demam, Beguk dan Rubela). Untuk penulis sendiri vaksin Polio 1x, DPT 1x dan MMR 2x. Di dalam Formulir Kesehatan yang diberikan oleh AMINEF kita musti Vaksin Polio 3x atau lebih, Vaksin DPT 3x atau lebih yang salah satunya harus baru dan MMR 2x. Kenapa seperti itu? Karena vaksin Polio dan DPT penulis pernah mendapatkannya waktu masih jadi baby imut. Kalau tanda bukti sudah hilang gimana? Penulis Kong Kali Kong alias kerja sama dengan Bidan kampung penulis untuk membuatkan Surat Pernyataan. Haram ya? Mau gimana lagi, lha wong Bidan penulis gua udah pindah entah kemana. Hahay. Yang MMR karena penulis belum pernah melakukannya jadi ya harus ambil semua (2x).

Di mana nyarinya? Ok, Polio bisa didapatkan secara gratis di Puskesmas. Ada puskesmas yang tidak mau menerima dikarenakan bukan warga sekitar, kasus ini menimpa salah satu temen gua dan dia terpaksa harus ke RS dan bayar biaya sekitar 100/200 ribuan. Vaksin DPT juga bisa didapatkan gratis di Puskesmas. Yang terakhir, MMR, vaksin langka. Hampir penulis nelpon dan dateng ke semua RS Semarang dan Yogyakarta dan hasilnya Nihil. Terus? Terpaksa gua ke Jakarta awal bulan Maret ke Klinik in Harmony di Jakarta Pusat dan elu tau ga gua harus bayar berapa? 750ribu, itu baru sekali guys, masih ada sekali lagi yang mana akan gua lanjutin setelah bener-bener keterima beasiswa ini.

Suntik saat Tes Mantoux
Credit to www.google.com 
Ketiga, Tes Mantoux. Yaitu tes untuk mendeteksi adanya virus TBC di dalam paru-paru. Yaitu tes dimana tangan kita disuntik dan dari bekas suntikan tersebut akan mendeteksi adanya bekas merah yang artinya positif ada virus TBC atau tidak membekas yang berarti negatif TBC. Yang bagian ini agak dramatis guys. Kok bisa? Hasil Tes Mantoux pertama gua Positif alias ada virus TBC, gua seketika langsung dijudge sama si Dokter Ibu-Ibu. Pada saat itu sumpah gua shock dan agak takut diblacklist dari beasiswa ini gegara penyakit ini karena penulis dapet rumor bahwa orang US anti TBC. Terus gimana? Kata si dokternya gua harus ambil tes lanjutan tapi karena gua agak takut gua lari dari RS Pemeintah itu. Solusinya gua ambil lagi Tes Mantoux itu setelah vaksin MMR.

Setelah vaksin MMR di Jakarta malah drama tambah hebat. Gua harus nunggu waktu minimal 2 minggu untuk ambil tes mantoux karena vaksin MMR masih bekerja di waktu 2 minggu itu. Tapi gua break the rule setelah gua konsultasi ke RS swasta di Semarang, dia bilang fine dan akhirnya gua tes mantoux yang kedua tanpa bilang gua pernah tes mantoux sebelumnya. Ha ha. Hasilnya? Gua ada taktik sekaligus mau memastikan TBC gua. Gua ambil Rontgen atau ronsen dada dulu, gua mau lihat apakah ada atau tidak virus itu dan alhasil setelah nunggu beberapa jam paru-paru gua bersih. Setelah itu gua tes Mantoux lagi dan nunggu 2 hari untuk dan hasilnya alhamdulillah negatif walaupun agak sedikit merah tapi karena bukti kuat dari rontgen tersebut.

AMINEF menanggung biaya tes kesehatan di atas maksimal sejuta. AMINEF juga memberikan Formulir Kesehatan Khusus untuk diisi dan dilaporkan kembali ke AMINEF.
Gua inget bener satu bulan itu, jujur sangat dramatis dan menghabiskan banyak uang, tapi setelah menerima kenikmatan yang penulis terima saat ini terbayarkan sudah. 

"Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit." 
-Ali bin Abi Thalib-

Wassalamu'alaikum Wr., Wb.,


2 comments:

  1. Halo mas Tri Rudyanto, saya sebenarnya sudah lama tau beasiswa ini, hanya saja saat mau mendaftar ternyata di website AMINEF tertulis "CCIP participants are recruited from historically underrepresented and underserved communities. In Indonesia this means AMINEF aims to recruit applicants beyond Indonesia’s major cities and in provinces beyond Java" apakah saya yg dari Jawa, tepatnya Solo masih bisa mendaftar? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf gua balasnya telat pakai banget. Males nulis di Blog akhir2 ini gegara kuliah padet.
      oh ya Rosiana, How are you?
      Dari manapun insya Allah bisa, saya buktinya dari Jawa (Tengah) dan 4 lain temenku juga dari Jawa. Tahun 2017-2018 nerima 30, dan 5 dari Jawa.
      Jangan khawatir soal itu, yang penting untuk saat ini yaitu berjuang, dan kalau memang sudah waktunya kamu berangkat, Insya Allah tidak ada yang bisa menolak nikmat dari Nya. Tapi kalau semisal belum waktunya berangkat, yakinlah bahwa ada yang lebih baik dari ini atau mungkin waktunya yang masih belum pas.
      Semoga membantu!

      Hapus

 

Blogger news

About