SELAMAT TINGGAL INDONESIA, SELAMAT DATANG AMERIKA!

Transit di Bandara Internasional Tom Bradley, Los Angeles
Dokumen Pribadi

"Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa sedihnya rasa sakit"
Ali bin Abi Thalib (Khalifah Islam ke-4)

Dari sekian banyak perjuangan menaklukan beasiswa CCI selama 9 bulan, yang paling gua ingat adalah "Tes TB", karena pada bagian ini gua harus mikir kreatif biar gua ga diclaim Penderita TB. Maksa ya guys, ya mau gimana lagi, ngebet banget pingin kuliah ke luar negeri dan memang selama ini gua baik-baik saja, dan malah ga tau penyakit TB, ha ha.

Pamitan kepada "Helpful Ladies"
Dokumen Pribadi
Anyway, gua dapet undangan dari AMINEF untuk terbang ke Jakarta tanggal 14 Juli untuk briefing sebelum benar-benar berangkat ke Amerika tanggal 15 Juli 2017. Tapi, karena saking ga sabarnya meninggalkan negara Indonesia dan semrawutnya #Jahat, gua minta staff AMINEF untuk mengubah keberangkatan ke Jakarta tanggal 12 Juli biar bisa refreshing dulu di Jakarta dan melepas temen-temen yang berangkat ke Amerika duluan. Tahu lah guys, apa yang gua rasakan waktu itu (excited).

Kebetulan juga moment berangkat waktu itu sangat tepat yaitu setelah lebaran, sehingga moment lebaran gua gunakan untuk farewall party bersama orang-orang sekitaran kampung dan juga temen seolah SD dan SMP, sisanya gua sambung setelah 7 hari lebaran untuk orang luar kampung gua di Semarang.  Akhirnya tanggal 12 Juli itu tiba dan gua tinggalkan kampung halaman dan kota saya dibesarkan. Gua berangkat dari Bandara Ahmad Yani Semarang diantar keluarga besar beserta temen-temen yang sudi menemani gua waktu itu. Again, gua naik Batik, agak beruntung sih dibanding temen-temen gua yang lain karena sebagian besar temen-temen gua berangkat naik Lion, dan cukup membutuhkan waktu 45 menit untuk sampai ke Jakarta.

Silaturahim keluarga besar ke rumah Umi (2nd Mom)
Dokumen Pribadi
Sampai Jakarta, gua langsung menuju ke Hotel Whiz yang sudah disiapkan gratis oleh AMINEF dan ketika sampai sana gua ketemu temen-temen yang sudah pada persiapan berangkat tanggal 14 pagi maupun sore. Karena juga akan kehilangan selera masakan Indonesia yang terkenal dengan Hots nya, gua puas-puasin makan makanan Indonesia salah satunya Penyet. Tanggal 14 siang sebelum sholat Jum'at gua dan beberapa temen ke kantor AMINEF untuk dibriefing dan menerima uang saku, tiket pesawat, dan dokumen penting lainnya #asyik, hanya dibrefing sebentar saja waktu itu sama Pak Mas Dion. Oh ya Mas Dion adalah staff AMINEF yang selalu saya repotkan, jadi terima kasih banyak sekali lagi untuk Mas Dion dan semua orang-orang di AMINEF.

Eksis barang JAL di Bandara Narita
Dokumen Pribadi
15 Juli 2017, akhirnya pesawat Japan Airline membawa gua terbang meninggalkan tanah air tecinta untuk selanjutnya menuju ke Tokyo Narita untuk transit. Alhamdulillah ini pengalaman penerbangan terlama gua sepanjang sejarah, 25 Jam untuk sampai ke Phoenix, tempat gua hidup saat ini. Alhamdulillah juga bisa mencicipi Tokyo walau hanya dalam waktu 45 menit. Gua kira dalam waktu 45 menit cukup lah untuk istirahat sejenak dan menikmati alam Jepang, ternyata sebaliknya gua harus lari-lari untuk pindah ke pesawat satunya bersama dengan penumpang yang lain yang sama-sama menuju ke Los Angeles, tempat transit sebelum tujuan akhir. Jadi masih ada proses screening badan dan bawaan carry-on kita serta harus mencari gate yang jaraknya lumayan jauh dari gate waktu kita tiba. Sangat luas bener bandara Tokyo Narita ini dan tentunya sangat rapi dan bersih. Oh ya secara terpisah dari total 25 jam penerbangan, sekitar 7 atau 8 jam kita habiskan untuk penerbangan pertama ini.

Fasilitas makan JAL
Dokumen Pribadi
Penerbangan kedua juga menggunakan Japan Airline (JAL), sangat nyaman sekali walaupun gua dapet kursi agak belakang (faktor ekonomi class:) Ok gua mau ngasih gambaran nih di dalem pesawat JAL kek gimana serta bagaimana layanan mereka. Soal laju pesawat, alhamdulillah tenang karena juga didukung cuaca yang mostly cerah, jadi ga ada pengalaman pesawat bergoyang gitu, he he. Untuk makanan, sangat puas! gimana tidak guys, sebelum lepas landas kita akan diberi snack dan minuman pembuka, gua ambil jus jeruk. Ini berlaku untuk penerbangan Jakarta-Tokyo maupun Tokyo-LA. Makan siangnya lengkap, mulai dari makanan pembuka, utama dan penutup. Maaf agak buta soal dunia makanan dan agak ga peduli, yang penting makanan. Haha. Untuk yang ke LA dapat jatah makan 3 kali karena memang jadwal perjalanan yang menguras waktu sampai 13 atau 14 jam gua lupa. Overall soal makanan 4.8 out of 5. Untuk hiburan aku kasih 3.5 out of 5. Soalnya lagu dan videonya sedikit dan ga update. Jadi gua saranin buat siapa aja yang naik JAL mending siapin entertainment di HP atau laptop masing-masing. 

Metropolitan LA dari dalam Pesawat AA
Dokumen Pribadi
Setelah 14 jam perjalanan akhirnya kaki kami mendarat di Bandara Tom Bradley International Airport Los Angeles. Agak excited sebelum landing melihat kota LA yang terkenal dengan Hollywood-nya. Tengak kanan kiri dari kaca ga ketemu tulisan Hollywood-nya tapi ya sudahlah, sudah bersyukur selamat sampai LA. Tapi tau ga temen-temen ternyata untuk keluar dari proses imigrasi di Bandara ini sangat lama sekali, gua dan temen-temen berdiri sekitar 1-2 jam nunggu giliran untuk distempel paspor kita. Dalam setiap detik ada aja manusia yang datang dari belahan dunia lain. Khusus untuk pemegang paspor Amerika dan Canada, mereka punya layanan tersendiri. Syukurlah dalam prosesi stempel paspor tidak membutuhkan waktu yang lama, ga lebih dari satu menit, cuman ditanya nama, tujuan kedatangan ke US dan nama calon kampus. Apakah sudah berakhir? Belum :( Kita harus ngambil bagasi kita di Baggage claim dan menuju ke terminal domestik menuju ke kota tercinta, Phoenix. Ternyata proses screening badan dan barang bawaan di US lebih ketat dari penerbangan internasional gua sebelumnya bahkan mengalahkan pemeriksaan Changi Singapura yang terkenal dengan Jaim pegawai imigrasinya. Jadi waktu pemeriksaan diri mereka punya ruang kecil khusus untuk screening lebih detail dan sempat ada drama karena salah satu teman kami ada yang bermasalah, tapi syukur semua baik-baik saja.

Pose di Phoenix Sky Harbor Airport
Dokumen Pribadi
Sebenarnya dari LA ke Phoenix cukup membutuhkan waktu 1 jam saja tapi karena faktor cuaca yang lagi buruk waktu itu, pesawat kami harus delay di udara kurang lebih setengah jam, jati mutar muter ga jelas gitu sebelum cuaca membaik dan landing. Untuk penerbangan LA ke Phoenix ini menggunakan American Airline yang memang kualitasnya kalah dari maskapai Asia, apalagi soal pelayanannya. Pramugari di sini agak tua, ha ha dan ga serapih orang Asia. he he. Dalam perjalanan itupun kami cuman dapet minum. Tapi ya sudah kami toh juga sudah dapet $150 dari AMINEF untuk assist kita selama perjalanan. Sudah Rudy, bersyukurlah! Kami sampai di Bandara Sky Harbor Intercontinental Airport Phoenix jam setengah 9 malem dan spesialnya kami dijemput oleh host family kami masing-masing dan tentunya program coordinator kami, Paul Patterson. Untuk temen-temen yang lain langsung pulang ke host family masing-masing, tapi tidak untuk gua karena gua musti nunggu temen gua dari Papua (Namnya Romo), tapi namanya rejeki enggak kemana. Selama nunggu Romo gua taruh barang-barang gua ke mobil Gary, host daddy gua dan makan (dipaksa sama dia) ha ha padahal gua aslinya juga seneng banget. Kami bertiga pulang ke rumah Gary dan sampai di sana ternyata OMG, dia tajir Chuy! Satu lagi, Gary ngehost 3 anak termasuk Mario yang landing tengah malem dan dianter sama Paul. Kami dua minggu tinggal bersama host family kami.

Itulah drama 2 hari perjalanan gua dari Jakarta ke Phoenix, United States. Semoga ga bosan ya temen-temen baca blog pribadi gua. Di bawah ini gua lampirin video potongan foto-foto selama perjalanan, maaf jikalau masih banyak kekurangan, masih newbie sekali gua, ha ha.
I'll see you very soon.

Wassalamu'alaikum Wr., Wb.

Video Perjalanan 25 Jam Naik Pesawat dari Jakarta ke Phoenix, Amerika.



0 comments:

Posting Komentar

 

Blogger news

About